Bolmong – Puluhan masyarakat Bolaang Mongondow menjadi korban penipuan yang di duga di lakukan oleh Piet Kemur dana rumah bersubsidi dari program Presidwn Joko Widodo Melalui PUPR dan Kementerian Sekertaris Negara, dengan nilai kerugian yang sudah di alami oleh masyarakat di perkirakan mencapai 441 juta dari sembilan orang yang sudah melaporkan kasus ini ke Polda Sulut melalui Satuan Reserse dan Kriminal Polda Sulut.

Oknum mantan Anggota Dewan ini melakukan transaksi dengan para korban dengan bukti transaksi di atas meterai 6000, nilai transaksi korban bervariasi mulai dari 40 juta sampai 70anjuta, “Saya sangat keberatan dengan apa yang saya alami karena ini sangat merugikan saya, nilai uang yang saya sudah berikan kepada Piet Kemur mencapai 92 juta, “ujar i Made Adi Suriana sebagai pelapor dengan nomor laporan polisi STTLP/467.a/V/2018/SPKT.

Senada dengan Made, K.B Paputungan yang adalah masyarakat Desa Lolak Kecamatan Lolak sudah menyetor kepada Piet Kemur sejumlah uang 65 juta, bangunannya sudah 70% tapi menggunakan biaya sendiri.

“Ini doi kita ada cari setengah mati ada kerja keras deng susah paya kong dapa kumpul doi banyak bagini, jadi kase pulang torang pe doi, “ungkap Paputungan dengan nada kesal.

Mirisnya lagi banyak yang sudah menyetor tapi bangunannya 0% alias tidak ada, “Kami akan tetap membongkar dan mengawal kasus ini siapapun yang terlibat apabila terbukti bersalah maka pihak yang berwajib harus memberikan sanksi hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka dan perlu di selidiki apakah ada keterlibatan oknum atau korporasi yang bekerja di Kementerian terkait, “ujar Firdaus Mokodompit yang di dampingi oleh ketua DPC LAKI Bolmong Hendra Mamonto.

Menurut Mokodompit, ini sangat merugikan dan meresahkan masyarakat, “ketika kami datangi alamat perusahaan CV. Inza Rizki Jaya yang beralamat di Jln Citra Land no 52 Kelurahan Winangun Kecamatan Malalayang Manado, menurut masyarakat sekitar, kemarin ada puluhan atau ratusan korban juga yang datang mengamuk dari berbagai daerah sulawesi utara,” tegasnya. (Noldy Poluakan)