SULUTNEWSTV.com, MANADO – Pertumbuhan Ekonomi (PE) di Sulawesi Utara secara spesifik tumbuh 5,42 persen (yoy) dan menjadi salah satu dari 9 provinsi yang pertumbuhannya lebih tinggi dari capaian nasional yang tumbuh 5,31 persen (yoy).
Untuk tahun 2022, pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulampua, diikuti Kalimantan, Jawa, Balinusra, dan Sumatera.
“Pada triwulan II 2023, perekonomian Sulut terus tumbuh dan mencapai 6,28 persen (yoy) atau menguat dari triwulan I 2023 yang tumbuh 5,26 persen (yoy). Dengan capaian tersebut, kinerja perekonomian Sulut mampu melampaui kinerja perekonomian nasional sebesar 5,17 persen (yoy). Di tingkat nasional, Provinsi Sulut tercatat sebagai daerah dengan pertumbuhan tertinggi ke-4 pada triwulan II 2023,” jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Andry Prasmuko, dalam giat BI Basuara tahun 2023 yang digelar di the Centra Hotel Manado, pekan lalu.
Disebutkan Andry, pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara tidak lepas dari berbagai macam sektor pendukung.
“PE Sulut tumbuh karena adanya peningkatan pada LU Transportasi dan LU Industri Pengolahan. Di sisi lain perlambatan pada LU Konstruksi, LU Pertanian, dan LU Perdagangan menahan kinerja perekonomian Sulut. Beberapa faktor pendorong kinerja perekonomian Sulut pada triwulan II 2023 yaitu peningkatan kinerja LU Transportasi dan LU Industri Pengolahan,” sebutnya.
Pertumbuhan pada LU Transportasi mendorong pertumbuhan perekonomian Sulut melalui peningkatan trafik penumpang Angkutan Udara di Sulut.
“Trafik penumpang, didorong momentum cuti bersama di tengah peningkatan MICE pemerintah dan swasta. Selanjutnya, LU Industri Pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan, yakni sebesar 1,15 persen (yoy), seiring dengan peningkatan kinerja Industri Pengolahan minyak nabati, di tengah tren penurunan/meskipun terjadi normalisasi harga CNO,” lagi jelasnya.
Di sisi lain terdapat beberapa faktor yang turut menahan laju pertumbuhan ekonomi Sulut yaitu kinerja Konsumsi RT dan investasi.
“Kinerja Konsumsi RT mengalami perlambatan pada triwulan II 2023 seiring dengan penurunan kinerja penjualan riil, terutama kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau. Penurunan ditengarai masih sebagai dampak turunan/second round effect dari menurunnya daya beli masyarakat terhadap komoditas primer pasca penyesuaian harga BBM pada di September 2022,” ujarnya.
Sejalan dengan konsumsi RT, kinerja Investasi juga mengalami perlambatan pada triwulan II 2023 seiring dengan telah selesainya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) di Sulut. Hal ini tercermin dari penurunan investasi bangunan dan realisasi pengadaan semen.
Diketahui, perekonomian Indonesia juga telah mulai pulih sejak 2021 dan terus menguat hingga tahun 2022. Kondisi ini berbeda dengan perekonomian global yang meningkat di tahun 2021, namun menurun di tahun 2022.
Pertumbuhan ekonomi yang baik Hal tersebut terutama didukung oleh penanganan COVID-19 yang mumpuni sangat baik dan berbagai insentif fiskal sehingga memungkinkan mendorong konsumsi domestik tetap kuat, serta kinerja ekspor Indonesia dan aliran modal asing yang tetap terjaga. Untuk tahun 2022, pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulampua, diikuti Kalimantan, Jawa, Balinusra, dan Sumatera.(*/gabby)
