Manado – Kondisi perekonomian Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) secara umum menunjukkan pemulihan dan penguatan seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian dan masyarakat.
Hal ini ditunjukkan dari beberapa indikator. Pertama, untuk tingkat inflasi, untuk bulan Oktober 2023 secara year on year Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,56%.
“Untuk Sulawesi Utara, dalam periode yang sama untuk Manado dan
Kotamobagu juga mengalami inflasi sebesar 2,24% dan 3,59%,” ungkap Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Provinsi Sulawesi Utara, Ratih Hapsari Kusumawardhani dalam siaran pers usai kegiatan Bacirita APBN, Senin (27/11/2023), di gedung Keuangan Negara Manado.
Dilanjutkannya, Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Utara pada bulan Oktober 2023 naik 0,75 persen menjadi 112,09. Sebaliknya, Nilai Tukar Nelayan (NTN) mengalami penurunan dari 112,47 di bulan September ke 110,5 di bulan Oktober. Secara umum, angka NTN Sulawesi Utara masih di atas nasional yang berada di angka 104,84.
“Namun demikian, untuk nilai NTP, Sulawesi Utara masih berada di bawah NTP Nasional yang sebesar 115,78. Dari sisi kinerja neraca perdagangan, Neraca Perdagangan (Ekspor Impor) di Sulawesi Utara pada Oktober berada di 58,77 Juta USD dan menunjukkan peningkatan dari bulan September pada 51,63 Juta USD,” tuturnya.
Sementara di tingkat nasional, pertumbuhan ekonomi sedikit mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi secara nasional hingga Triwulan III 2023 tumbuh 4,94% secara y-o-y, Ekonomi Indonesia triwulan III-2023 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,60 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 5,87 persen.
Dari sisi pengeluaran, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 7,70 persen. Tingginya inflasi dan kebijakan moneter melalui tingkat suku bunga yang tinggi di berbagai negara menjadi salah satu faktor utama
terjadinya perlambatan ekonomi di berbagai belahan dunia.
Upaya pengendalian inflasi di dalam negeri secara umum efektif sehingga tingkat daya beli masyarakat tidak terpukul terlalu dalam. Terkendalinya tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi positif tentu akan berdampak positif pada indikator-indikator makroekonomi lain yaitu tingkat pengangguran terbuka yang turun dengan laju 5,32% y-o-y secara nasional per Agustus 2023. Demikian pula, tingkat kemiskinan yang turun ke level 9,36% pada Maret 2023 secara y-o-y.
“Dengan demikian, di tingkat nasional kondisi lapangan kerja dan kemiskinan terus menunjukkan perbaikan. Perlambatan terjadi pada tren ekspor namun demikian perlambatan lebih dalam juga dialami pada impor,” jelas Ratih. (*ct)
