Tondano, Jamkesnews – Ansye Tairas, seorang wanita paruh baya berusia 54 tahun dari Desa Seretan, Kecamatan Lembean Timur, Kabupeten Minahasa, berbagi kisahnya sebagai peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Mandiri Kelas 3. Saat ditemui tim Jamkesnews di Puskesmas Seretan pada Kamis (28/12), Ansye menceritakan pengalaman pahitnya saat dirawat selama satu minggu di rumah sakit karena operasi miom.
Awalnya, Ansye menyadari adanya masalah pada rahimnya ketika mengalami sakit yang tak tertahankan pada panggulnya. Rasa sakit tersebut dibarengi dengan pendarahan hebat, sehingga dirinya sangat panik dan memutuskan untuk memeriksakan kondisinya di Puskesmas Seretan.
Setelah berkonsultasi dan menjalani pemeriksaan di Puskesmas, Ansye dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) DR. Sam Ratulangi Tondano untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan. Melalui berbagai pemeriksaan di rumah sakit, termasuk cek darah lengkap dan USG, hasilnya menyatakan adanya miom di rahimnya.
Mioma uteri, atau yang sering disebut miom, merupakan tumor jinak pada dinding rahim seorang wanita. Tumor ini dapat tumbuh besar, menyebabkan nyeri dan perdarahan hebat pada saat menstruasi. Umumnya, mioma dapat diatasi dengan miomektomi, pembedahan untuk mengangkat tumor jinak pada rahim. Namun, untuk jenis yang lebih parah seperti adenomiosis, dokter akan melakukan histerektomi di mana seluruh rahim diangkat sehingga membuat pasien tidak bisa kembali hamil.
“Dokter di rumah sakit menjelaskan bahwa di dalam rahim saya ada benjolan. Saat saya tahu bahwa benjolan ini harus diangkat melalui operasi, yang terpikir pertama kali adalah biaya. Namun, perawat di rumah sakit memberi tahu bahwa jika sudah terdaftar sebagai peserta JKN, semua biaya akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Dari situ, saya merasa yakin untuk menjalani operasi ini,” ungkap Ansye.
Ansye menceritakan pengalamannya saat menjalani operasi dan perawatan selama 7 hari di RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano, mengaku telah mendapatkan pelayanan yang sangat baik. Pelayanan ini mencakup proses administrasi yang cepat dan mudah serta tidak ada diskriminasi pelayanan dengan pasien umum.
“Biasanya saya menggunakan JKN ini untuk berobat ke Puskesmas, periksa penyakit-penyakit yang ringan saja. Kesan pertama saya menggunakan JKN di rumah sakit, pelayanannya sangat memuaskan. Dokter dan perawatnya ramah, serta seluruh biaya mulai dari operasi, perawatan, dan kontrol ditanggung JKN,” cerita Ansye.
Kisah Ansye menjadi inspirasi bagi banyak orang yang mungkin masih ragu atau tidak menyadari manfaat menjadi peserta JKN. Dengan pengalaman pribadinya, Ansye memberikan gambaran positif tentang pelayanan kesehatan yang diberikan oleh program JKN, terutama dalam situasi darurat seperti operasi miom yang dialaminya.
“Puji Tuhan, saat ini saya sudah bebas dari rasa sakit. Terima kasih kepada Program JKN. Tanpa program ini, mungkin saya hanya bisa pasrah menahan rasa sakit yang mengganggu selama beberapa bulan terakhir” Terang Ansye.
Selain itu, Ansye juga menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat akan kesehatan reproduksi dan pentingnya pemeriksaan secara rutin. Kondisi seperti miom, jika tidak terdeteksi dan ditangani dengan cepat, dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius.
Diakhir pertemuan, Ansye berharap Pemerintah dan BPJS Kesehatan terus melakukan sosialisasi dan edukasi tentang Program JKN agar masyarakat semakin paham dan percaya akan manfaatnya. Keberhasilan Ansye dalam mengatasi masalah kesehatannya menjadi cermin bahwa akses pelayanan kesehatan yang terjangkau melalui JKN dapat membantu masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai kondisi medis yang mungkin timbul. (FT/mg).
