SULUTNEWSTV.com, BITUNG – Bank Indonesia Sulawesi Utara memastikan inflasi dapat terkendali dan sesuai denga target dan sasaran nasional. Hal itu dibuktikan lewat kerjasama Pemerintah Kota Bitung dan BI dengan menggelar High Level Meeting (HLM) TPID di Bitung, Rabu(10/9/2025). Pertemuan ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat koordinasi dalam menjaga stabilitas harga pangan, khususnya di Kota Bitung yang memiliki peran penting dalam perekonomian Sulawesi Utara.
Kegiatan HLM dipimpin oleh Wakil Wali kota Bitung Randito Maringka,Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Minahasa Utara Drs. Allan Mingkid, dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Joko Supratikto, serta dihadiri oleh anggota TPID Bitung dan beberapa perwakilan TPID Kabupaten Minahasa Utara, ini menyepakati empat strategi utama pengendalian inflasi.
Pertama, menjaga keterjangkauan harga melalui operasi pasar dan Gerakan Pangan Murah agar masyarakat tetap dapat membeli kebutuhan pokok dengan harga wajar. Kedua, memperkuat ketersediaan pasokan melalui kerja sama antar daerah (KAD) serta peningkatan produktivitas pertanian di tingkat lokal. Ketiga, memastikan kelancaran distribusi melalui Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) dengan skema subsidi ongkos transportasi sehingga pasokan merata ke seluruh wilayah. Keempat, membangun komunikasi efektif melalui forum koordinasi seperti HLM dan capacity building bagi anggota TPID. Sebagai tindak lanjut nyata, pada HLM ini dilakukan pula penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) KAD Government-to-Government (G2G) antara Pemerintah Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara untuk komoditas pertanian strategis.
Diketahui, perkembangan inflasi Sulawesi Utara yang pada bulan Agustus 2025 mencatatkan deflasi sebesar 1,11% (mtm). Deflasi terutama didorong oleh panen raya tomat yang terjadi di Minahasa dan Minahasa Tenggara, serta cabai rawit di Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Gorontalo. Selain itu, harga daging babi juga menurun seiring normalisasi pasokan dari pedagang dan peternak.
Meskipun terjadi deflasi, jika ditarik data yang lebih panjang, inflasi bulanan di Sulut relatif lebih bergejolak, dengan tingkat volatilitas sebesar 0,87%, lebih tinggi dibandingkan volatilitas inflasi bulanan Nasional yang sebesar 0,54%. Kondisi ini perlu diantisipasi secara serius karena gejolak kenaikan harga yang terlalu tinggi akan membebani konsumen, sedangkan penurunan harga yang terlalu dalam dapat merugikan petani dan produsen.
”Kota Bitung, meskipun bukan termasuk kota perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK), namun menjadi salah satu barometer penting mengingat pergerakan harganya cenderung mengikuti Manado. Komoditas yang paling sering memicu fluktuasi harga di Bitung adalah cabai rawit, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih,” ungkap Kepala Kpw BI Sulut Joko Supratikto.(*/gabby)
