PLTP Lahendong terus menunjukkan perannya sebagai salah satu tulang punggung kelistrikan di wilayah Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo (Sulutgo). Manager Unit Layanan Pusat Listrik PLTP Lahendong PLN Indonesia Power (PLN IP), H.S.M. Saragih, mengungkapkan bahwa pembangkit panas bumi tersebut memiliki kapasitas terpasang sebesar 4×20 MW atau total 80 MW, yang berkontribusi signifikan terhadap sistem kelistrikan regional.
“Beban puncak sistem kelistrikan Sulutgo saat ini tercatat mencapai 490 MW. Dari jumlah itu, 18% suplai listrik dihasilkan oleh PLTP Lahendong. Artinya panas bumi di wilayah ini tidak hanya berkontribusi signifikan terhadap porsi energi bersih, tetapi juga memastikan pasokan listrik tetap stabil dan andal bagi seluruh pelanggan di Sulutgo,” ujar Saragih di Tomohon, Sulawesi Utara, Rabu (30/10/2025).
Sebagai salah satu pionir pengembangan panas bumi di kawasan timur Indonesia, PLTP Lahendong memiliki sejarah panjang. Eksplorasi pertama dilakukan pada 1994–1996, disusul pembangunan Unit 1 pada 1996 yang kemudian beroperasi komersial pada 2001. Pembangunan unit-unit berikutnya dilakukan bertahap: Unit 2 pada 2007, Unit 3 pada 2009, dan Unit 4 pada 2011. Hingga kini, seluruh unit masih bekerja optimal mendukung keandalan sistem Sulutgo.
“Unit 1 sudah beroperasi selama 25 tahun dan masih bisa beroperasi maksimal 20 MW. Unit 2 beroperasi sejak 2007, unit 3 pada 2009, dan unit 4 pada 2011. Semuanya hingga kini masih beroperasi penuh menyuplai sistem Sulutgo,” tambah Saragih.
PLTP Lahendong juga memiliki karakteristik unik. Berbeda dengan pembangkit panas bumi di Indonesia yang umumnya berada di daerah pedesaan atau pegunungan terpencil, Lahendong merupakan satu-satunya PLTP yang beroperasi di wilayah perkotaan, tepatnya di Kota Tomohon.
“PLTP Lahendong sangat unik karena berada di Kota. Di seluruh Indonesia, pembangkit panas bumi umumnya berada di kabupaten, kecamatan, atau desa. Lahendong satu-satunya di perkotaan, tepatnya di Kota Tomohon. PLTP Lahendong menjadi contoh konkret bahwa pembangkit panas bumi tidak hanya aman bagi lingkungan, tetapi juga bisa berdampingan dengan kehidupan perkotaan,” ujar Saragih.
Kehadiran Lahendong menjadi bukti bahwa transisi energi menuju sumber yang lebih bersih dapat dilakukan tanpa mengorbankan kenyamanan masyarakat maupun keseimbangan ekosistem.
Selain menyokong kebutuhan listrik di Sulutgo, PLTP Lahendong berperan dalam agenda dekarbonisasi nasional dengan menyediakan listrik bersih untuk skema Renewable Energy Certificate (REC). Hal ini menandai kontribusi nyata pembangkit tersebut dalam menurunkan emisi sektor ketenagalistrikan.
“PLTP Lahendong menjadi contoh nyata bagaimana energi panas bumi dapat mendukung agenda transisi energi nasional. Pembangkit ini pun telah tersertifikasi untuk menyuplai REC, hal ini membuktikan bahwa energi bersih dapat diandalkan untuk menekan emisi sekaligus menjaga keandalan sistem kelistrikan,” tutup Saragih.
